Kaum
Mukminin seharusnya merenungkan dalam-dalam, terutama mereka yang terlibat
dalam Gerakan Islam (Harakah Islamiyah) atau yang akitve dibidang dakwah.
Mereka patut merenungkan, betapa Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat
menentukan terhadap masa depan dakwah. Sebuah methode (minhaj) yang diberikan
oleh Allah Azza wa Jalla secara sempurna, dan telah menuntun kehidupan manusia,
sampai hari ini.
Dakwah Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, pernah menghasilkan
generasi yang tidak pernah dikenal sebelumnya, yaitu generasi para Shahabat.
Generasi yang memiliki ciri atau karakter tersendiri, dan mempunyai pengaruh
yang luar biasa dalam sejarah Islam. Nampaknya dakwah ini tidak pernah lagi
menghasilan sebuah generasi seperti yang pernah dihasilkan generasi para
Shahabat.
Memang sepanjang sejarah selalu ada orang-orang besar, yang menghiasi
lembaran-lembaran sejarah, tetapi mereka tidak akan pernah dapat menyamai
generasi para Shahabat. Tidak pernah terjadi sepanjang sejarah, di mana
berkumpul sedemikian banyaknya, pada suatu tempat dan periode, sebagaimana
terjadi pada periode dakwah yang pertama, yang dilaksanakan oleh Rasulullah
Shallahu alaihi wa sallam.
Allah Azza Wa Jalla telah menjamin untuk memerlihara ketinggian dakwah
ini, dan mengajarkan bahwa dakwah ini terus berjalan dengan tidak adanya
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Semua ini tak lain merupakan buah dari
dakwah Beliau Shallahu alaihi wa sallam, yang melaksanakan dakwah selama 23
tahun, lalu Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam dijemput-Nya, dikekalkan-Nya
agama ini sampai akhir zaman. Dakwah terus berjalan dengan penuh geloranya,
karena telah adanya Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang merupakan warisan kekal,
sepanjang zaman dans sejarah manusia.
Mengapa generasi pertama dalam dakwah ini, mempunyai karakter yang khas,
dan tidak akan pernah terjadi lagi sesudahnya, karena mereka berinteraksi
langsung dengan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, dan menerima wahyu
(Al-Qur’an), dan mengamalkannya. Mereka mengambil Al-Qur’an sebagai sumber bagi
kehidupannya. Tidak mengambil sumber dari sumber-submer yang bathil buatan
manusia. Seperti digambarkan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam :
“Sewaktu Aisyah RA, ditanya tentang budi-pekerti Rasul Shallahu alaihi
wa sallam, ia berkata : “Budi pekertinya adalah Al-Qur’an”.
Al-Qur’an menjadi satu-satunya sumber bagi kehidupan mereka, menjadi
ukuran, dan dan dasar berpikir mereka. Ketika itu, bukan manusia tidak memiliki
peradaban di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Bukan. Justru saat itu
peradaban Romawi, ilmu pengetahuan, dan hukum Romawi, yang sekarang masih
menjadi ciri atau ideologi Eropa.
Bahkan terdapat pengaruh peradaban Yunani, yang begitu kuat, di dalam
kehidupan, sumber peradaban materi, yang sekarang terus mengalami dekadensi,
yang menuju kehancurannya. Mengapa generasi pertama dakwah ini, membatasi
diri, dan tidak mau menerima berbagai peradaban dan pemikiran yang ada waktu,
dan sudah sangat maju? Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, ingin membentuk
sebuah generasi baru, yang dikenal dengan “Generasi Qur’ani”. Mereka yang
benar-benar hidup dibawah naungan Al-Qur’an. Tidak hidup dibawah pengaruh atau
terkontaminasi dengan peradaban Romawi dan Yunani, yang merupakan induk dari
peradaban materialisme. Ada peradaban India, Cina, Romawi, Yunani, Persia,
semuanya mengelilingi jazirah Arab dari Utara dan Selatan. Agama Yahudi dan
Nashrani juga hidup di jazirah Arab, yang melahirkan peradaban dan budaya
paganisme.
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam membatasi para Shahabat, yang ingin
membentuk sebuah generasi baru, yang akan menjadi suri tauladan, bagi seluruh
umat manusia, sepanjang sejarahnya. Tidak mungkin Islam akan dapat menjadi sebuah
peradaban baru, yang akan membangun kehidupan umat manusia dengan sebuah minhaj
baru, yang akan membebaskan manusia dari segala bentuk perbudakan yang ada.
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam hanya membatasi para Shahabat dengan
Al-Qur’an, dan nilai-nilai kemuliaan yang ada dalam Al-Qur’an.
Rasulullah Shallahu dengan rencananya, khususnya dalam periode
‘formatifnya’ (pembentukan), tidak memberi kesempatan kepada para Shahabat
sedikitpun mereguk nilai-nilai diluar Al-Qur’an. Al-Qur’an yang Beliau terima
dari Malaikat Jibril disampaikan kepada para Shahabat, dan mereka
mengamalkannya dengan penuh keimanan. Karena itu, generasi pertama yang
merupakan bentukan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, merupakan generasi
paling mulia, generasi yang merupakan kelompok yang disebut dalam Al-Qur’an
sebagai ‘asy-syabiquna awwalun’ (mereka yang pernah istijabah menerima
Al-Qur’an), dan istijabah terhadap dakwah Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
Maka, ketika itu, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam marah kepada Umar
Ibn Khatthab, waktu itu melihat Umar di tangannya ada selembar buku Taurat.
Beliau bersabda :
“Demi Allah, seandainya Nabi Musa hidup di kalangan kamu sekarang ini,
ia pasti mengikuti saya”. (HR. al-Hafiz Abu Ya’ala, dari Hammad, dari as-Syabi
dari Jabir)
Generasi para Shahabat yang mendapatkan tarbiyah langsung dari
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, sebuah generasi yang unik, dan betapa
mereka menjadi penyebar Islam ke seluruh dunia. Mereka pula di saat bulan
Ramadhan berperang menaklukkan kafir Qurays, dan hanya dalam jumlah 300
Shahabat, melawan seribu pasukan Qurays, dan berhasil menaklukan pusat
peradaban jahiliyah, yaitu Makkah.
Fathul Makkah berlangung di saat bulan Ramadhan. Jihad para Shahabat
yang pertama dalam sejarah yang agung itu, berlangsung di bulan Ramadhan.
Mereka berhasil memberihkan kota Makkah, yang merupakan pusat perdaban
jahiliyah, kemudian menjadi pusat peradaban tauhid, yang hanya menyembah Allah
Azza Wa Jalla. Berhala-berhala yang menjadi pusat kesyirikan dibersihkan para
Shahabat yang dipimpin Rasululllah.
Tidak ada lagi kehidupan syirik yang menjadi ciri kehidupan kaum
jahiliyah di sekitar Ka’bah. Kemudian, semuanya menjadi penyembah tauhid, dan
hanya semata-mata menyembah Rabbul Alamin.
Ini merupakan bentuk kemenangan dari para generasi Qur’ani, yang dikenal
dengan para Shahabat, dan yang hidup dibawah naungan Al-Qur’an, mendasari
kehidupan dengan Al-Qur’an, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai minhajul hayah.
Kemenangan generasi Shahabat melawan kaum jahiliyah Makkah, menandakan adanya
era baru dalam kehidupan ummat manusia, yang sebelumnya dibelenggu peradaban
jahiliyah yang menyembah berhala dan materialisme, dan telah membawa kesesatan
bagi kehidupan manusia di Makkah telah berakhir.
Al-Qur’an telah menciptakan sebuah kehidupan baru bagi bangsa-bangsa di
dunia. Inilah warisan dari generasi Qur’ani yang langsung dididik oleh
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, yang bangkit melawan berbagai bentuk
penyimpangan, kesesatan dan kedurhakaan terhadap Allah Rabbul Alamin.
*Sumber artikel : eramuslim
0 Komentar